Dan satu-satunya inginku adalah kita beriring untuk tunduk
lalu sujud kepadanya.
Jumat, 25 Mei 2012
Waiting
Ketika nasib harus kugantungkan padamu
Kau bisa puas memainkannya sesuka hati
Ketika kularang kau untuk tidak memainkannya
Kau lantas mencetusnya bahwa itu milikmu
Bahwa itu hakmu
Ketika kutanya, mengapa semua kau sebut milikmu?
Kau tak pernah menjawabnya langsung.
Kau hanya menitip amanah pada kaki tanganmu
Untuk menyampaikan pesanmu kepadaku.
Isinya: “karena semua itu hanyalah sebagian kecil dari
ciptaanku yang kutitipkan padamu.”
Ketika kutanya lagi: mengapa kau menitipkannya padaku?
Kau jawab lagi; “Itu hak-ku! Terserah aku!”
Dan ketika ku tanya lagi: bisakah ku cetus satu dari sekian
banyak milikmu—hakmu sebagai mulikku—hakku?
--Kau belum
menjawabnya.
Padahal kunanti-nanti jawabanmu.
Namun, tak kunjung datang.
Dan sekarang..
Disini. Disudut kamar. Di dalam selimut gerimis pekat malam.
Aku masih menanti jawabmu.
Langganan:
Postingan (Atom)